Dunia murka ketika prajurit Amerika Serikat membantai lebih dari 500 penduduk desa My Lai di tengah perang Vietnam 1968. Meski terbukti sebagai kejahatan perang, pelakunya kemudian diampuni oleh pemerintah di Washington
Frustasi Berbuah Petaka
Memasuki dekade kedua Perang Vietnam, militer AS mulai kehabisan sabar menghadapi taktik gerilaya prajurit Viet Cong. Pada saat itulah sebuah satuan tempur pimpinan Letnan Kolonel Frank A. Barker diterjunkan ke selatan buat menguasai desa My Lai dan mengidentifikasi pejuang komunis. Saat itu komando sentral militer beranggapan setiap penduduk sipil harus dicurigai berpihak pada musuh
Balas Dendam
Dalam operasi rahasia tersebut militer AS terutama membidik Batalyon 48 Vietcong yang diperkirakan bercokol di kawasan Son yang juga mencakup desa My Lai. Saat itu militer AS baru saja kehilangan lebih dari 4000 serdadunya dalam Serangan Tet yang dilancarkan Vietcong.
Bakar dan Hancurkan
Letkol Barker kemudian memerintahkan serdadunya untuk berlaku agresif, antara lain dengan membakar rumah, membunuh hewan ternak, meracuni sumber air dan membakar persediaan beras penduduk desa. Namun apa yang dilakukan tentara AS kemudian adalah melenyapkan desa My Lai dari peta.
Kengerian di Tanggal 16 Maret
Penduduk desa sedang bersiap pergi ke pasar ketika prajurit AS berdatangan. Tanpa aba-aba mereka mulai menusuki penduduk dengan bayonet, menjajarkan mereka di tembok lalu dilempar granat, mengeksekusi satu per satu dengan tembakan di kepala. Pembantaian itu sempat dihentikan saat jeda makan siang.
Pahlawan dari Langit
Tidak semua serdadu AS ikut serta dalam pembantaian My Lai. Beberapa menolak membunuh. Pembantaian baru berakhir setelah pilot helikopter Hugh Thompson mengancam akan menembaki serdadu jika tetap melanjutkan pembunuhan. Ia berhasil menyelamatkan sebelas perempuan dan anak-anak. Kembali ke markas Thompson melaporkan aksi pembantaian yang ditanggapi oleh militer AS dengan menarik pasukan
Tertutup Hingga Diungkap
Militer awalnya berusaha menutup-nutupi tragedi di My Lai dari publik. Laporan pertama yang muncul cuma menyebut angka 20 warga sipil. Baru ketika salah satu perwira yang terlibat, William L. Calley, diajukan ke mahkamah militer 14 bulan kemudian, media AS mulai mengendus sebuah skandal. Terutama laporan wartawan investigatif AS, Seymour Hersh, akhirnya mengungkap kejahatan perang tersebut.
Tanpa Konsekuensi
Selain Calley, tidak ada prajurit lain yang terlibat pembantaian My Lai yang didakwa oleh pengadilan militer. Calley yang divonis hukuman kurung seumur hidup kemudian mendapat pengampunan dari Presiden Richard Nixon. Namun pembantaian My Lai kemudian mengubah animo warga Amerika Serikat dan memicu aksi demonstrasi anti perang.
( sumber )