12.4.16

>> Miris!! Setiap Tahun 24 Milyar Ton tanah subur hilang dari muka Bumi

Permintaan global akan bahan pangan, pakan ternak dan biomassa untuk membuat energi terus meningkat. Ironisnya akibat erosi dan tataguna lahan yang salah, setiap tahun 24 milyar ton tanah subur hilang dari muka bumi.

Pada segenggam tanah hidup milyaran mikroorganisme yang menjamin bahwa lapisan humus menyimpan bahan nutrisi dan air untuk tanaman. Tanah juga merupakan penyimpan unsur Karbon kedua terbanyak setelah lautan, jauh lebih banyak ketimbang semua hutan di muka bumi dijumlahkan.

Kota-kota besar di seluruh dunia terus tumbuh meraksasa, lahan pertanian menghilang di bawah hamparan hutan beton dan aspal. Di bawah lapisan artifisial ini mikroorganisme dan binatang kecil dalam tanah mati kehabisan nafas. Air hujan tidak lagi meresap ke dalam tanah, melainkan terus mengalir menjadi banjir.

Lapisan kulit bumi yang peka, ibarat lapisan kulit manusia yang perlu perlindungan dari sengatan matahari, terpaan angin dan sergapan udara dingin. Lahan luas banyak yang mengalami kekeringan, dan pada saat dibajak dengan mesin lapisan Tipis tanah subur tergerus, terbawa angin dan lenyap.

Eksploitasi lahan lewat penggundulan hutan, pemupukan berlebihan dan pengangonan ternak memicu kawasan yang sudah langka air menjadi kawasan gurun. Faktor iklim seperti kemarau panjang makin mempercepat reaksi berantai penggurunan yang dipicu aktivitas manusia yang tak ramah lingkungan.

Ketika curah hujan tinggi menerpa lapisan hutan beton dan aspal, di saat lapisan salju mencair melanda daerah aliran sungai yang tidak lagi memiliki kawasan peresapan, dampaknya adalah gerusan air yang membawa lapisan subur dari kawasan ladang dan pertanian.

Budidaya Monokultur di lahan sangat luas memerlukan tambahan pupuk dan pestisida dalam jumlah besar, agar tetap bisa memberi keuntungan. Kebutuhan pupuk dan pestisida akan terus meningkat. Dampaknya lebih 40 persen lahan pertanian di dunia terancam hama kebal pestisida dan kehilangan kesuburan akibat tanah jadi asam karena terlalu banyak diberi pupuk kimiawi.

Di sejumlah bendungan besar, akibat perubahan iklim air menguap lebih cepat ketimbang turunnya hujan. Tanah jadi kering, dan garam yang sebelumnya terlarut dalam air tertinggal di permukaan tanah. Dampaknya tanah tidak bisa lagi ditanami. Intrusi air asin juga jadi masalah besar di banyak kawasan pesisir.

Banyak lahan yang terkontaminasi limbah industri, sisa amunisi dan peralatan perang atau akibat pemupukan berlebihan. Pemulihan kembali tanah yang tercemar sangat sulit dan mahal onhkosnya. Cina saat ini menghadapi masalah besar terkait kontaminasi, karena dilaporkan 20 persen lahan pertanian di negara itu tercemar berat limbah beracun dan berbahaya.

Untuk menambang bahan mentah tanah dikupas dan digali. Misalnya di kawasan batubara muda di Jerman ini, dimana lapisan tanah dikupas lapis demi lapis. Akibatnya tata guna lahan untuk tujuan lainnya, seperti Biotop bagi perlindungan keragaman hayati, pertanian atau pemukiman juga dimusnahkan.

Alam perlu dua ribu tahun, untuk memulihkan kembali lapisan tanah subur setebal 10 sentimeter dimana tanaman tumbuh dan nutrisi serta air bisa disimpan. Untuk melindungi tanah subur ini, PBB mencanangakan tahun 2015 sebagai "Tahun Tanah Internasional".
( sumber )