Yordania adalah negara dimana sebuah peradaban besar pada masa lalu pernah hadir disini, bukti dari kehadiran peradaban besar itu masih bisa kita temui saat ini, disebuah lokasi yang cukup sulit untuk dijangkau, bahkan bisa dibilang rahasia. Petra, adalah nama yang disematkan kepada sebuah kota kuno yang megah yang pernah hadir di wilayah negara yang pada hari ini beranama Yordania, gunungan batu yang sangat besar dimanfaatkan oleh orang-orang Petra pada masa lalu untuk dijadikan sebagai tempat hunian, mereka memotong dan memahat tebing-tebing gunungan batu menjadi sebuah bentuk yang artistik dan dapat ditempati sebagaimana sebuah rumah.
Kota kuno Petra pertamakali ditemukan kembali oleh seseorang yang bernama Johann Ludvig Burckhardt pada tahun 1812, kota kuno ini tesembunyi di sebuah lokasi yang cukup sulit dijangkau pada masa itu, banyak arkeolog dan peneliti bertanya, untuk apakah sebenarnya kota Petra ini dibangun? Apakah untuk digunakan sebagai benteng ataukah kota suci dari sebuah peradaban?
Di kompleks situs arkeologi peninggalan orang-orang Petra, terdapat kurang lebih 3.000 kuil, kuburan dan ratusan goa yang di pahat pada tebing-tebing gunungan batu. Lokasi kaki gunung Al-Madhbah yang merupakan ujung dari gurun Harsh memang menjadi tempat untuk gunungan-gunungan batu berukuran besar.
Kota kuno Petra yang terbentang kurang lebih 1200 meter dan dengan kedalaman ruang bangunan yang mencapai 100 meter merupakan bukti kehadiran dari sebuah peradaban besar pada masa lalu yang masyarakatnya memiliki kemampuan yang handal dalam memahat batu, bagaimana tidak, tebing-tebing pada gunungan batu besar dipotong dan dipahat untuk kemudian dijadikan tempat hunian ataupun upacara keagamaan.
Sebelum orang-orang Petra membangun kota megah ini dengan berbagai bangunan monumentalnya, Edomites adalah suku yang pernah menduduki wilayah ini, namun kemudian harus mengalami kejatuhan, sehingga datanglah orang-orang Nabataen, yang kemudian menetap dan membangun kota megah Petra. Diperkirakan orang-orang Nabataen pertamakali datang ke wilayah Petra pada abad ke 3 SM.
Pada masa kejayaannya, Petra merupakan kota yang cukup berpengaruh dan ramai serta menjadi pusat perdagangan barang-barang antik. Setelah penelitian lebih mendalam dilakukan, ditemukan fakta lainnya yang menyatakan jika kota kuno Petra memiliki komoditi lain untuk diperdagangkan, seperti gandum, anggur dan buah zaitun.
Ladang pertanian masyarakat Petra diketahui cukup luas, walaupun di lain sisi wilayah kota kuno Petra sangat kering dan tidak cukup ramah untuk pertanian, namun hal tersebut bisa dicapai berkat pengetahuan pengelolan air yang baik dalam memenuhi kebutuhan pertanian di sekitar kota kuno Petra.
Orang-orang Nabataen yang menjadi penduduk kota kuno Petra membangun sebuah sistem pengelolaan air untuk kebutuhan hidup dan perkebunan dengan sangat baik, diketahui juga jika di wilayah kota kuno Petra terdapat sebuah kontruksi DAM yang menjadi sumber utama untuk mengelola sistem pengairan, ditemukan sisa-sisa pipa aliran air yang digunakan untuk mengalirkan air ke berbagai teras untuk kebutuhan pertanian. Masyarakat Petra juga memanfaatkan berbagai macam sumber air dan menyimpannya untuk digunakan saat musim kering, tentunya semua hal tersebut bisa dicapai dikarenakan masyarakat Petra telah memiliki ilmu pengetahuan mengenai sistem irigasi, dam serta pengelolaan air yang sangat baik.
Kemajuan bidang pertanian masyarakat kota kuno Petra pada abad pertama, menjadikan orang-orang Nabataen yang mendiami wilayah ini menjadi kaya karena bisa menghasilakan berbagai komoditi kebutuhan hidup, dari mulai anggur hingga produksi minyak. Hal tersebut menarik perhatian bangsa Romawi kuno, sehingga pada tahun 106 masehi, bangsa Romawi kuno berhasil menaklukan kota Petra. Kota kuno Petra yang dibangun pada tebing gunungan batu mulai ditinggalkan oleh penduduknya pada tahun 363 dan 551 masehi dikarenakan kejadian gempa yang sedikit banyak meruntuhkan bangunan pada tebing batu.
( sumber )