Tidak memiliki mata, otak, usu, bahkan anus, cacing laut dalam ini berhasil membuat bingung ahli biologi selama lebih dari 60 tahun. Apa dan di mana jenis makhluk ini seharusnya berada di pohon silsilah. Dengan ciri-ciri seperti kaus kaki ungu dan beberapa anggota tubuh eksternal, ilmuwan hanya memiliki sedikit informasi mengenai cacing ini. Awalnya cacing ini digolongkan sebagai cacing pipih, lalu ada mengusulkan masuk keluarga moluska. Beberapa menyarankan masuk keluarga vertebrata, sementara yang lain malah mengusulkan masuk keluarga echinodermata.
Selama penemuan empat spesies baru, para ilmuwan melakukan tes DNA yang menunjukkan cacing ini sebenarnya merupakan bentuk awal dari apa yang kini dikenal sebagai hewan bilateral. Ini berarti, makhluk aneh ini memiliki simetri cermin di tengah, berbeda dengan manusia, anemon, dan ubur-ubur yang memiliki beberapa simetri tubuh.
Dilansir dari Iflscience, Jumat (05/02/2016), setelah berdebat panjang, ilmuwan pun memasukkan makhluk ini ke dalam kelompok Xenoturbella, yakni kelompok yang berada di pohon silsilah paling awal. Hal ini menunjukkan makhluk ini sebenarnya merupakan makhluk primitif yang bisa bertahan hingga sekarang.
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan Nature, Xenoturbella pertama kali ditemukan pada tahun 1949 di lepas pantai Swedia. Hingga kini, telah terspesifikasi empat spesies yang tinggal di laut dalam dengan tekanan yang kuat, yakni sekitar 3.700 meter dari permukaan laut.
Meski ilmuwan berhasil mengumpulkan beberapa sampel dari dasar laut, para peneliti masih belum dapat menentukan apa yang mereka benar-benar makan. Yang membuat para ahli bingung adalah meski tidak memiliki gigi dan organ pencernaan, makhluk ini bisa memakan moluska bercangkang keras.
( sumber )