Di hilir lereng-lereng selatan bukit-bukit Khasi dan Jaintia adalah daerah lembab dan hangat serta dibelah oleh banyak sungai yang mengalir deras. Sebuah spesies pohon Karet Kebo (nama ilmiahnya Ficus elastica) tumbuh subur dan berkembang bersama sungai-sungai ini.
Pohon ini dapat nyaman bertengger pada batu-batu besar di sepanjang sisi sungai atau di tengah-tengah sungai dan mengirim akarnya ke dasar sungai. Dengan demikian, mereka telah beradaptasi dengan sangat baik terhadap erosi tanah yang disebabkan oleh sungai-sungai yang mengalir cepat yang turun dari sekitar 3000 kaki di sepanjang lereng terjal. Pohon-pohon mengeluarkan banyak akar sekunder dari batang mereka.
Orang-orang War-Khasi kuno, sebuah suku di Meghalaya, telah mengamati kualitas pohon ini dan telah memanfaatkannya untuk melayani kebutuhan mereka, yaitu sebagai jembatan untuk menyeberangi sungai-sungai. Untuk mengarahkan akar ke arah yang diinginkan, digunakan batang pohon pinang yang berongga, yang dibelah di tengah hingga seluruh panjang mereka, dan diposisikan sesuai dengan kebutuhan jembatan. Akar-akar pohon karet kebo yang lembut tipis dan panjang kemudian dilewatkan ke batang cekung pohon pinang ini agar akar-akar tumbuh lurus kearah yang diharapkan. Ketika akar-akar mencapai sisi seberang sungai, mereka akan menembus ke dalam tanah. Jembatan ini biasanya memiliki bentang dasar berjumlah lebih dari dua. Ada juga dua bentang pagar pelindung. Batu-batu digunakan untuk mengisi kesenjangan pada bentang dasar dan dari waktu ke waktu mereka bisa tertanam di lantai jembatan akar.
Beberapa jembatan akar di Meghalaya memiliki akar yang turun dari cabang-cabang pohon yang bergabung di tengah bentang jembatan sebagai dukungan. Beberapa jembatan akar juga dibuat dengan melilitkan akar-akar dari dua pohon yang ditanam di tepi yang berlawanan atau di tengah-tengah sungai di batu-batu besar.
Jembatan-jembatan akar di Meghalaya ini begitu kuat, bahkan beberapa dari mereka dapat menanggung bobot 50 orang sekaligus, dan panjangnya ada yang mencapai 30 meter lebih. Jembatan ini memakan waktu 10 sampai 15 tahun untuk bisa berfungsi penuh, dan mereka terus tumbuh dan terus bertambah kuat dari hari ke hari, karena mereka hidup. Beberapa jembatan akar di Meghalaya sudah berusia lebih dari 500 tahun.
Di India, jembatan-jembatan ini hanya ditemui di Meghalaya saja dan digunakan sehari-hari bahkan hingga hari ini oleh orang-orang yang tinggal di desa-desa di sekitar Cherrapunjee. Salah satu jembatan akar memiliki dua jembatan yang ditumpuk satu di atas yang lain dan jembatan akar seperti ini adalah satu-satunya di Dunia. Penduduk desa dari Nongriat dimana jembatan ini terletak di bagian bawah lembah menyebutnya ‘Umshiang Double Decker Root Bridge’ atau Jembatan Akar Dua Tingkat Umshiang.
( referensi )