20.7.16

>> Inilah senjata militer Indonesia buatan Pindad yang paling mematikan

Seorang petinggi TNI pernah mengatakan jika kita sebenarnya tak perlu membeli senjata-senjata atau alutsista dari luar. Bukan karena Indonesia tidak menganggarkan dana untuk itu, tapi karena negara ini bisa bikin sendiri semua yang dibutuhkan untuk militernya. Ya, seperti yang kita tahu Pindad memang sangat potensial untuk jadi pihak yang dimaksud.

Menjadikan pindad sebagai industri utama kemiliteran kita adalah langkah yang tepat. Akan banyak kemudahan yang bisa dimanfaatkan negara. Terutama dari segi biaya yang murah karena produksi lokal. Alasan lain kenapa militer harus mulai melirik produksi alutsista dalam negeri juga lantaran barang produksinya jempolan. Bahkan diakui sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Berikut adalah deretan alutsista Pindad yang paling mematikan dan bikin nama perusahaan ini harum.

Tahun 2006 lalu Pindad memperkenalkan senjata barunya yang berlabel Senapan Serbu 2 atau disingkat SS2. Senjata ini adalah generasi penerus yang telah disempurnakan dari SS1 yang juga tak kalah garang. SS2 memiliki banyak keunggulan mulai dari akurasi yang lebih sempurna serta lebih tahan ketika digunakan di berbagai medan. Entah berkubang dalam air atau lumpur SS2 selalu bisa menyikat targetnya dengan sempurna.


Keunggulan SS2 ini adalah banyak variannya dengan kegunaan yang berbeda satu sama lain. Fakta unik lainnya, senjata ini pula yang membuat TNI mendominasi kompetisi tentara tingkat internasional di Australia beberapa waktu lalu. Senjata ini bahkan menuai pujian dari Amerika dan juga Australia kala itu.

SPR2 merupakan senapan runduk paling terkenal milik Pindad. Kemampuannya bahkan bikin militer dunia terhenyak untuk sesaat. SPR2 pernah diujicoba dan hasilnya sangat mengesankan. Kemampuan senjata sekali tembak ini bisa menembus plat baja setebal 3 sentimeter dari jarak sejauh 2 kilometer.

Tak hanya punya kemampuan mematikan, SPR2 dibekali dengan deretan peralatan canggih yang makin memudahkan tugas penggunanya. Misalnya adalah teleskop jauh yang dilengkapi dengan night vision untuk membidik di malam hari. Senjata ini juga dibekali dengan Baffle Muzzle Brake yang bisa menahan hentakan ketika peluru dilepaskan. Lantaran semua fakta hebat ini, TNI pun tak ragu memboyong ribuan unit SPR2 untuk semua pasukan elit mereka.

Selain senjata kelas berat, Pindad juga memproduksi pistol. Ada beberapa yang mereka buat, namun yang paling mentereng serta punya nama adalah duo G2, yakni Combat dan Elite. Senjata ini mampu digunakan secara taktis dan super presisi. Keduanya bisa menembak dengan akurat dari jarak 25 meter.

Kehandalan G2 Combat dan G2 Elite sendiri sudah terbukti di kompetisi tentara internasional yang lalu. Berkat dua senjata ini TNI mampu memboyong banyak medali emas. Bahkan dua pistol ini lagi-lagi mendapat pujian dari peserta kontingen negara lain. Pistol ini sendiri sudah dimiliki hampir setiap personel pasukan khusus di Indonesia.

Tak hanya senjata-senjata, Pindad juga membuat mobil taktis militer. Salah satu hasil kreasi mereka yang paling mentereng adalah Panser Anoa. Panser Anoa ini sendiri banyak variannya dan masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri. Namun soal fitur dan teknis, hampir semua Panser Anoa sama.

Panser Anoa pernah dipamerkan di Monas dalam rangka pameran alutsista beberapa waktu lalu di Monas dan memikat banyak mata. Kendaraan ini secara spesifikasi hampir sama dengan VAB milik Prancis yang juga dimiliki TNI. Namun Panser Anoa unggul di beberapa sektor penting. Misalnya, pelindung senjata di bagian depan belakang yang tidak dimiliki VAB, lalu pelindung kaca depan, serta sederet perlengkapan canggih di bagian dalamnya. Mulai dari sistem navigasi, detektor malam hari, dan juga pendingin udara.

Hingga kini Pindad masih terus memproduksi SS2 kebanggaannya. Namun demikian, mereka tak lupa untuk berimprovisasi. Hingga akhirnya tercipta SS3, senjata ini masih prototype namun digadang bakal bisa menyaingi deretan pendahulunya serta deretan senjata yang lainnya.

SS3 mengalami perubahan yang sangat banyak. Terutama mekanismenya yang jadi bulp up yakni sistem bracket pelurunya yang berada di belakang. Meskipun begitu, senjata ini diklaim sangat cocok untuk melakukan pertempuran di ruang gerak sempit lantaran popor panjangnya sudah dihilangkan. SS3 juga menggunakan bahan ringan namun kuat. Sehingga akan banyak membantu penggunanya nanti.

Nah, terbukti kalau Indonesia sepertinya sudah tak perlu lagi pesan alutsista dari luar untuk beberapa hal, misalnya senjata dan kendaraan militer taktis. Pasalnya Pindad bahkan sudah bisa membuat yang begitu hebat dan tak kalah dari produk luar. Harapannya, di masa depan nanti 100 persen alutsista adalah buatan dalam negeri. Syaratnya, Pindad juga harus selalu berinovasi tak hanya soal kemampuan produk tapi juga kualitasnya.
(Referensi)