2.2.16

>> Berikut daftar 10 Negara paling berbahaya di Dunia


Tiap tahun Institut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) publikasi Global Peace Index. Peringkat dibuat berdasarkan 22 indikator, antara lain konflik ekstern dan intern serta korban tewas. Semakin tinggi skor, semakin berbahaya.

1. Suriah (skor GPI: 3.645)
Suriah jadi negara paling tidak aman sedunia. Perang saudara berkecamuk antara kelompok pemberontak lawan rezim Bashar al Assad. Untuk atasi konflik, pemerintah gunakan cara brutal dan senjata kimia. Situasi politik ini disalahgunakan, antara lain oleh ISIS. Ratusan ribu orang tewas sejauh ini. Foto: warga beri pertolongan setelah serangan bom oleh tentara pemerintah di Aleppo, 20 November 2015.

2. Irak (skor GPI: 3.444)
Setelah penggulingan Saddam Hussein 2003, Irak tidak pernah tenang. Sekarang Irak harus hadapi kelompok teroris ISIS (Islamic State) yang memperluas kekuasaan di wilayahnya dan di Suriah. ISIS sekarang berhasil bercokol di Mosul, Tikrit, Falluja dan menguasai sejumlah ladang minyak. Foto: aparat keamanan Irak memeriksa lokasi terjadinya ledakan bom mobil di New Baghdad 11 Januari 2016.

3. Afghanistan (skor GPI: 3.427)
Negara ini selama beberapa dekade diduduki kekuatan asing . Setelah serangan teror 11 September di New York, AS menggulingkan kekuasaan Taliban di negara itu. Sejak 2001 tentara AS bercokol di negara itu. Akibat perang yang tak kunjung henti, infrastruktur negara rusak berat. Foto: polisi Afghanistan menjaga lokasi tempat terjadinya serangan bom di Kabul, 19 Mei 2015.

4. Sudan Selatan (skor GPI. 3.383)
Negara terbentuk 2011 setelah memisahkan diri dari Sudan. Sejak itu negara baru ini terus dilanda perang saudara dan perang antar suku yang berebut kekuasaan. Konflik sebabkan tewasnya ratusan ribu orang, mungkin jutaan. Selain kekerasan etnis, kondisi kesehatan sangat buruk. Foto: seorang pengungsi Sudan Selatan membawa harta miliknya di Joda, setelah lari dari daerah perang Januaryi2014.

5. Republik Afrika Tengah (skor GPI: 3.332)
Negara ini merdeka dari Perancis 1960, setelahnya dikuasai rezim militer. Pemilu pertama diadakan 1993, tapi gagal menciptakan stabililitas. Pemerintah, kelompok Kristen dan Islam adu kuat memperebutkan kekuasaan. Foto: seorang tentara PBB berpatroli dekat mesjid Koudoukou di Bangui sebelum kedatangan Paus Fransiskus, 30 November 2015.

6. Somalia (skor GPI: 3.307)
Somalia tidak punya pemerintahan definitif, dan jadi tempat ideal bagi tumbuhnya kelompok radikal. Somalia dilanda perang saudara sejak 1991. Perang menyebabkan negara dilanda kemiskinan dan intervensi internasional memicu situasi tambah buruk. Foto: seorang tentara berpatroli di pantai Lido setelah serangan terhadap restoran Beach View Cafe, di Mogadishu, 22 Jan 2016.

7. Sudan (skor GPI: 3.295)
Sudan terpuruk karena kekerasan antar etnis yang tak kunjung henti. Dua perang saudara dan konflik antar suku memecah-belah negara, yang akhirnya menyebabkan pemisahan diri bagian selatan Sudan menjadi negara Sudan Selatan. Tingginya kemiskinan dan praktek perbudakan memperburuk kondisi negara. Foto: serangan terhadap Kedutaan Besar Jerman di Khartum, 2012.

8. Republik Demokrasi Kongo (skor GPI: 3.085)
Setelah digulingkannya rezim otoriter di negara itu, tepatnya sejak 1997 negara selalu dilanda perang saudara. Lebih dari 5,5 juta orang tewas akibat perang atau situasi yang diakibatkan perang. Pengungsian besar-besaran sebabkan penyebaran penyakit berbahaya seperti malaria. Di samping itu kurang gizi menyebar luas.

9. Pakistan (skor GPI: 3.049)
Sejak kemerdekaan tahun 1947, Pakistan sudah berperang tiga kali dengan India. Ini melemahkan ekonominya. Situasi politik yang tidak stabil dan kekuasaan militer membuat situasi tambah buruk. Pakistan kerap digunakan teroris sebagai basis.

10. Korea Utara (skor GPI: 2.977)
Setelah merdeka dari Jepang, Korea terbagi dua. Korea Utara dipimpin keluarga Kim. Merekalah pemimpin struktur pemerintahan. Militerisasi besar-besaran menjadikan ekonomi negara lemah. Warga tidak punya properti, sehingga menyulut korupsi. Warga tidak punya hak bicara. Pemerintah bisa tangkap dan tahan orang tanpa alasan. Eksekusi dan kelaparan jadi penyebab peringkat rendah negara dalam GPI.
( sumber )