24.12.15

>> 5 Perang dahsyat dengan korban jiwa terbanyak

Semenjak dahulu, di berbagai tempat, ratusan peperangan telah terjadi mengisi peradaban manusia. Dan setiap peperangan tersebut tak pelak menimbulkan banyak jumlah korban jiwa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di artikel ini kami mencoba memberikan daftar peperangan paling mematikan sepanjang masa, berdasarkan besarnya jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.

Jumlah korban jiwa yang tercantum merupakan estimasi, dan sangat mungkin untuk diperdebatkan.

1. Perang Dunia II ( Korban: 60,669,200 - 84,589,300 jiwa )


Berlangsung antara 1939 hingga 1945, Perang Dunia II melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer Dalam keadaan “perang total”, negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer.

Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 60 juta sampai 80 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.


2. Ekspansi Mongol ( Korban: 30,000,000–60,000,000 )


Ekspansi Mongol adalah sebuah ekspansi besar bangsa Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan untuk menaklukkan wilayah Eurasia pada awal abad ke-13. Dia mendirikan Kerajaan Mongol pada tahun 1206 dan memimpin penaklukan penuh kekerasan di dua benua, Eropa dan Asia. Bermula dengan sebuah wilayah kecil di Asia Tengah kemudian tumbuh menjadi wilayah kekuasaan terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah, mencakup hampir seluruh Asia (termasuk Java) dan sebagian Eropa.

Menurut catatan, invasi Mongol di Eurasia berlangsung antara dari 1206 hingga 1337. Karena wilayah yang terlalu luas dan sistem pemerintahan yang mengandalkan satu orang pemimpin, maka begitu Genghis Khan meninggal, keturunannya saling berebut kekuasaan dan mereka meninggalkan ekspansi mereka di Eropa untuk kembali ke Mongolia berebut kekuasaan dengan saudara-saudara mereka.

Walaupun ekspansi disebutkan berakhir sebelum pertengahan abad ke-14, namun sebenarnya peperangan dan penaklukan terus berlangsung hingga abad ke-15 oleh penguasa-penguasa yang lebih kecil sisa-sisa dari Kerajaan Mongol di berbagai tempat.


3. Perang Cina-Jepang Kedua ( Korban: 27.000.000 )


Perang Asia terbesar di abad ke-20, berlangsung antara 7 Juli 1927 – 9 September 1945, atau berlangsung sebelum–dan berakhir hampir bersamaan dengan–PD II. Perang besar ini melibatkan dua raksasa Asia, Republik China dan Kekaisaran Jepang.

Perang ini merupakan akibat dari kebijakan imperialis Jepang yang sudah berlangsung selama beberapa dekade. Jepang bermaksud mendominasi China secara politis dan militer untuk menjaga cadangan bahan baku dan sumber daya alam yang sangat banyak dimiliki China. Pada saat yang bersamaan, kebangkitan nasionalisme China dan kebulatan tekad membuat perlawanan tidak bisa dihindari. Sebelum tahun 1937, kedua pihak sudah bertempur dalam insiden-insiden kecil dan lokal untuk menghindari perang secara terbuka. Invasi Manchuria oleh Jepang pada tahun 1931 dikenal dengan nama Insiden Mukden. Bagian akhir dari penyerangan ini adalah Insiden Jembatan Marco Polo tahun 1937 yang menandai awal perang besar-besaran antara kedua negara.

Sejak tahun 1937 sampai 1941, China berperang sendiri melawan Jepang. Setelah peristiwa penyerangan terhadap Pearl Harbor terjadi, Perang Cina-Jepang Kedua pun bergabung dengan konflik yang lebih besar, Perang Dunia II.


4. Penaklukan Dinasti Ming oleh Dinasti Qing ( Korban: 25.000.000 )


Di penghujung Dinasti Ming ((1368 – 1644), pemberontakan marak di seluruh negara dan pada puncaknya, Beijing jatuh ke tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen menggantungkan dirinya di bukit di belakang Kota Terlarang. Li yang bersengketa dengan Wu Sangui menangkapi keluarganya di Beijing menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku Manchu yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai Beijing pada tahun 1644.

Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereka kemudian mendirikan Dinasti Qing yang menandai runtuhnya Dinasti Ming. Sisa-sisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming kemudian mengungsi ke selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah. Dalam sejarah, kekuatan ini dikenal sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian berhasil dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun 1683.


5. Pemberontakan Taiping ( Korban: 20.000.000 )


Pemberontakan Taiping adalah gerakan revolusi skala besar yang berlangsung antara 1850 hingga 1864, di China Selatan, terhadap penguasa Manchu, Dinasti Qin. Pemberontakan ini dipimpin oleh Hong Xiuquan, yang mengumumkan bahwa ia telah menerima visi di mana dikatakan bahwa dia adalah adik dari Yesus. Ia lantas mendirikan Kerajaan Surga Taiping dengan ibukota di Nanjing dan memperoleh kekuasaan atas sebagian besar Cina selatan, menguasai sekitar 30 juta orang. Mereka mencoba untuk melaksanakan beberapa reformasi sosial, seperti pemisahan seks yang ketat, penghapusan tradisi mengikat kaki, sosialisasi tanah, “penekanan” perdagangan pribadi dan menggantikan Konfusius, Buddha dan agama tradisional Cina menjadi Kristen.

Setidaknya 20 juta orang meninggal , terutama warga sipil , di salah satu konflik militer paling mematikan dalam sejarah. Kerena tidak adanya sensus yang memadai pada saat itu, perkiraan tersebut harus didasarkan pada interpretasi, namun sumber yang paling banyak dikutip menyatakan jumlah kematian selama 15 tahun pemberontakan adalah sekitar 20-30 juta warga sipil dan tentara. Sebagian besar kematian dikaitkan dengan wabah penyakit dan kelaparan. Pada Pertempuran Ketiga Nanking pada tahun 1864, lebih dari 100.000 orang tewas dalam tiga hari.
( sumber )