Energi yang dihasilkan bom neutron relatif lebih kecil dibandingkan perangkat atom konvensional, meskipun memiliki output radiasi hampir sama. Meskipun dianggap sebagai bom ‘kecil’, sebuah bom neutron masih memiliki kekuatan pada kisaran puluhan hingga ratusan kiloton. Pembuatan dan pemeliharaan bom neutron dianggap mahal karena membutuhkan jumlah cukup tritium yang memiliki waktu paruh relatif singkat (12,32 tahun).
Pembuatan bom ini mengharuskan pasokan konstan tritium. Selain itu, bom neutron juga dinilai memiliki masa simpan singkat. Penelitian bom neutron dimulai pada tahun 1958 di University of California’s Lawrence Radiation Laboratory di bawah arahan Edward Teller.
Berita resmi tentang pengembangan bom neutron dipublikasikan pada awal tahun 1960-an. Diperkirakan bom neutron pertama berhasil dibuat oleh para ilmuwan di Lawrence Radiation Laboratory pada tahun 1963, dan diuji di bawah tanah di 70 mil utara Las Vegas, juga pada tahun 1963. Bom neutron pertama menjadi bagian dari sistem persenjataan AS pada tahun 1974, dirancang oleh Samuel Cohen dan diproduksi di Lawrence Livermore National Laboratory.
Penggunaan utama bom neutron adalah sebagai perangkat anti-rudal, untuk membunuh tentara yang dilindungi oleh lapis baja, dan untuk melumpuhkan target lapis baja. Selain melepaskan radioaktif, bangunan dan struktur lainnya akan turut hancur akibat ledakan dan efek termal yang menyertainya.
Lapis baja mungkin tidak akan rusak kecuali berada dekat dengan titik ledakan. Namun, pelindung lapis baja tetap bisa rusak oleh radiasi dari bom neutron. Dalam kasus target lapis baja, jangkauan mematikan bom neutron melebihi senjata lainnya. Selain itu, neutron berinteraksi dengan lapis baja dan dapat membuatnya menjadi radioaktif sehingga tidak dapat digunakan (biasanya dalam 24-48 jam).
Sebagai contoh, lapis baja pada tank M-1 memiliki sedikit kandungan uranium yang dapat mengalami reaksi fusi cepat dan dibuat menjadi radioaktif ketika dibombardir dengan neutron. Sebagai senjata anti-rudal, bom neutron mampu mencegat dan merusak komponen elektronik rudal musuh dengan fluks neutron intens yang dihasilkan pada saat ledakan.
( sumber )