Seperti Fat Man, bom yang dijatuhkan di Nagasaki, Little Boy dikembangkan melalui Proyek Manhattan, proyek rahasia selama Perang Dunia II yang didedikasikan untuk menemukan rahasia bom atom sebelum Jerman melakukannya. Little Boy merupakan sebuah bom uranium dan menjadi ledakan nuklir buatan manusia kedua dalam sejarah.
Bom ini dijatuhkan dari Enola Gay, nama julukan pesawat pembom B-29 Superfortress, yang diambil dari nama ibu sang pilot. Pada ketinggian 580 meter bom diledakkan menggunakan sistem peledakan gun-type yang pada dasarnya menembak batang uranium untuk memicu reaksi nuklir. Dalam hitungan detik, awan gas super panas terbentuk di atas Hiroshima, diikuti oleh gelombang tekan yang amat kuat.
Little Boy sebenarnya lebih lemah dari Fat Man, dengan kekuatan diperkirakan sekitar 15 kiloton TNT. Namun demikian, efek kerusakan yang ditimbulkannya lebih dahsyat mengingat Hiroshima berada di dataran yang relatif datar, memungkinkan efek ledakan menyebar secara luas. Diperkirakan 66.000 orang tewas akibat ledakan langsung. Banyak dari korban terbakar sepenuhnya hingga hanya meninggalkan bekas seperti bayangan pada bangunan dan jalan raya.
Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, banyak lagi korban tewas akibat luka-luka karena ledakan dan kebakaran. Korban selamat juga mengalami berbagai masalah kesehatan akibat paparan radiasi dengan sekitar 60.000 orang tewas akibat bom di dekade berikutnya.
Penggunaan senjata nuklir di masa perang belum pernah terjadi sebelum Little Boy meledak di atas Hiroshima dan segera memicu diskusi global. Melihat dampak bom yang begitu mengerikan, banyak kritik terhadap penggunaan nuklir sebagai senjata. Banyak orang merasa senjata nuklir begitu dahsyat sehingga tidak boleh digunakan dalam masa perang. Namun pada kenyataannya, penelitian senjata nuklir terus berlangsung hingga hari ini dengan bom nuklir modern memiliki kekuatan jauh lebih dahsyat dibandingkan Little Boy dan Fat Man.
( sumber )