Para peneliti baru-baru ini menemukan sejumlah ‘kuali’ yang terbuat dari batu kuarsa dan berisi jasad-jasad manusia di suatu kawasan arkeologi Plain of Jars atau Dataran Kuali di Laos bagian tengah. Salah satu temuannya adalah batu kuarsa berbentuk ganjil yang menutupi wajah salah satu kerangka manusia. Temuan ribuan ‘kuali’ ini diharapkan membantu para peneliti mengungkapkan rahasia tersebarnya batu-batu sejenis ini di seantero negeri.
Ketika ditemukan, tengkorak yang berada di bawah penutup kuarsa itu seakan sedang mengintip melalui lubang besar di tengah batu tersebut, kata Dougald O’Reilly, seorang ahli arkeologi dari Australian National University (ANU).
Dikutip dari Live Science pada Senin (11/4/2016), peneliti tersebut memimpin suatu tim ilmuwan gabungan Laos dan Australia untuk meneliti Dataran Kuali pada Februari lalu.
“Ketika kami menggalinya, tengkorak itu sedang melihat melalui suatu bukaan. Memang cukup menarik, tapi belum jelas apakah hal itu disengaja,” kata O’Reilly kepada Live Science.
Pemakaman purba
Situs pemkaman ini diduga berusia 2.500 tahun dan ditemukan oleh para peneliti dari ANU, Monash University di Australia dan Kementerian Informasi, Budaya, dan Wisata Laos. Mereka memerlukan waktu sekitar 4 minggu untuk melakukan pemetaan dan penggalian tanah di sekitar kumpulan kuali batu berukir yang bertebaran di daerah itu.
Di Laos bagian tengah yang terpencil ini ada lebih dari 90 situs kuali, beberapa di antara bahkan memiliki hingga 400 kuali batu dengan ukuran hingga 3 meter. Situs-situs itu tersebar di kaki-kaki bukit, hutan, dan lembah-lembah di dataran tinggi.
Para anggota penelitian gabungan ini telah memulai pengerjaan di tempat yang paling terjangkau, dikenal sebagai Situs Kuali 1, yang berada beberapa kilometer jauhnya dari kota Phonsavan di pronvinsi Xiang Khoang, Laos tengah. Mereka berencana memeriksa situs kedua tahun depan.
Pemrintah Laos berharap dapat mengembangkan Situs Kuali 1 sebagai pusat arkeologi dan Warisan Budaya Dunia UNESCO guna melindungi daerah itu dan merangsang kemajuan ilmu pengetahuan serta wisata budaya.
Kuali-kuali misterius
O’Reilly mengatakan bahwa ekspedisi ini merupakan upaya besar pertama yang dilakukan oleh para ahli arkeologi sejak penemuannya pada tahun 1930-an dan bermaksud mengerti kegunaan kuali serta mengenali pembuatnya.
Sejak saat itu, sejumlah ahli arkeologi telah melakukan karya penting sendiri-sendiri tentang Dataran Kuali. Tim terkini terdiri dari 11 peneliti yang bekerja sama untuk menyusun telaah ilmiah lengkap pertama situs itu, termasuk peta sistem informasi geografis (geographic information system, GIS) berdasarkan lokasi tepat untuk setiap kuali, cakram-cakram batu, dan penanda batu kuarsa yang bertebaran di situs tersebut.
Kuali paling besar memiliki berat lebih dari 9.000 kg. Entah bagaimana bisa berada di sana.
“Ada sejumlah tempat penggalian yang diketahui menjadi tempat asal kuali dan harus dibawa melintasi jarak sekitar 8 hingga 10 km ke situs kuali-kuali,” kata O’Reilly.
“Jadi ada usaha keras yang terlibat ketika memindahkan batu-batu itu. Bisa saja orang menduga gajah-gajah pasti terlibat, mengingat beratnya kuali-kuali itu.”
Pemahatan kuali itu juga tentu tidak mudah bagi manusia-manusia primitif yang tidak memiliki perkakas besi, imbuhnya lagi.
“Beberapa kuali memiliki tinggi lebih dari 2 meter atau bahkan 3 meter dengan keliling yang tidak bisa dikelilingi lengan-lengan kita,” kata O’Reilly.
“Dan ada beberapa variasi rancangan kuali-kuali. Ada beberapa yang memiliki bukaan yang lebih kecil atau lebih besar, ada yang berbentuk segi empat, melingkar atau lonjong. Penasaran bagaimana caranya mereka memahat benda-benda ini.”
Selama bertahun-tahun lamanya, misteri keragaman ukuran dan bentuk kuali-kuali ini memancing sejumlah peneliti untuk mengeluarkan sejumlah teori tentang kegunaannya.
“Mungkin berperan sebagai suatu jenis peringatan, dan keragaman ukuran mungkin menunjukkan adanya perbedaan status dan bahkan ada hirarki dalam masyarakat pencipta kuali-kuali itu. Perlu banyak waktu untuk membuat teori.”
Mengungkapkan sejumlah misteri baru
Tempat pemakaman yang memiliki batu kuarsa berbentuk ganjil adalah satu di antara tiga jenis khas situs pemakaman yang ditemukan di Situs Kuali 1, kata para peneliti.
“Inilah pertama kalinya penguburan sejenis ditemukan di Dataran Kuali, tapi kalau sudah ketemu satu maka mungkin ada lagi yang lainnya,” kata O’Reilly.
“Pemakaman ini juga cukup menarik karena berisi kerangka bukan hanya satu orang, melainkan dua. Tulang-belulang tengkorak yang diduga berasal dari anak berusia 8 tahun ditemukan juga di kuburan ini, selain kerangka orang dewasa.”
Ekspedisi kali ini juga menemukan 11 kuali keramik, yang diduga berisi pemakaman “sekunder” sejumlah tulang belulang manusia yang dagingnya telah terurai. Ditemukan juga sebuah galian berisi tulang belulang dari kuburan sekunder ditutupi oleh sebongkah batu gamping berukuran besar. Batu-batu penanda dan cakram-cakram batu di permukaan tanah sekitar kuali-kuali batu sepertinya berkaitan dengan lokasi kuburan sekunder, kata O’Reilly.
Penelitian ilmiah terhadap contoh-contoh dan peninggalan dari situs Dataran Kuali akan dilanjutkan di laboratorium. O’Reilly mengatakan bahwa ekspedisi ini telah menemukan beberapa gigi manusia yang bisa menyediakan DNA untuk pengujian serta petunjuk tentang asal muasal manusia purba yang dikuburkan di sana. Namun demikian, DNA cenderung rusak parah di kondisi iklim di Asia Tenggara sehingga ada kemungkinan telaahannya tidak tepat, imbuhnya. Isi kuali keramik yang digali dari situs ini juga akan diperiksa untuk memastikan apakah berisi sisa-sisa tubuh manusia sebagaimana diduga oleh para peneliti.
Tapi belum semuanya terungkap di Dataran Kuali itu. Beberapa ahli arkeologi mengajukan dugaan bahwa kuali-kuali batu itu dipergunakan untuk meluruhkan jasad sebelum tulang belulangnya dibersihkan untuk pemakaman sekunder. Hal ini tidak mungkin diketahui secara pasti.
“Hal demikian adalah sesuatu yang ditemukan dalam beberapa praktik keagamaan di bagian-bagian lain dunia, tapi masih perlu untuk diselidiki sedikit lebih jauh di Dataran Kuali,” jelas O’Reilly.
Salah satu masalah terbesar di situs itu adalah bahwa kuali-kuali tersebut sudah terpapar pada iklim keras Asia Tenggara selama lebih dari 2000 tahun sehingga sangat susah bagi para penelit untuk mempelajari dan melakukan serangkaian ujian pada artefaknya.
“Kemungkinan kita bisa mencoba mengambil zat lemak (lipid) dari kuali-kuali batu itu untuk melihat apakah ada bukti peluruhan (dekomposisi) jasad manusia, tapi kuali-kuali itu sudah terpapar sedemikian lamanya, jadi ini agak terlalu berharap,” katanya.
“Jadi saya mengkhawatirkan kita mungkin tidak akan pernah mengetahui maksud utama kuali-kuali batu berukuran besar ini.”
( sumber )