Sebuah situs baru berisikan fosil dari zaman Jurassic ditemukan di Argentina. Sejauh ini, tempat tersebut menjadi situs terbesar dan paling beragam di dunia. Dalam situs tersebut, ditemukan fosil tumbuhan dan hewan berusia 140 hingga 160 juta tahun. Selain itu, terdapat juga fosil organisme bertubuh lunak dan keras yang jarang ditemukan pada tempat lainnya. Situs yang berada di Patagonia tersebut memiliki luas 60.000 kilometer persegi.
"Tidak ada tempat lain di dunia yang memiliki jumlah keragaman fosil dari zaman Jurassic," ujar ahli geologi dari Regional Center for Scientific Research and Technology Transfer (CRILAR), Juan Garcia Massini.
Massini yang merupakan salah satu penulis jurnal Ameghiniana mengatakan, bahwa fosil memberikan wawasan kepada kita bagaimana cara dunia memandang waktu. Hal tersebut dilansir Daily Mail pada Selasa (1/3/2016).
"Situs ini menjadi spesial karena beberapa alasan," kata Massini kepada Daily Mail.
"Ia menyimpan fosil dengan baik, mulai dari organisme bertubuh keras hingga lunak, tidak seperti kebanyakan deposit fosil yang telah diketahui," tambahnya.
Faktor penentu penyebab situs tersebut dapat mengawetkan fosil dengan baik adalah tingkat air. Pemandangan di zaman Jurassic di waktu itu tampak seperti Taman Nasional Yellowstone hari ini. Tempat tersebut memiliki air panas yang keluar dari geiser dan menciptakan kolam air dangkal, lahan basah, dan rawa di mana berbagai kelompok tanaman, hewan, dan organisme mikroskopis hidup.
"Air kaya mineral disebabkan karena suhu tinggi. Pada umumnya di kawasan tersebut makhluk hidup akan itu akan bergeser secara berkala bersamaan dengan substratnya," ujar Massini.
"Ketika Anda meneliti sebuah batu, Anda dapat menemukan contoh dari organisme tersebut, dan dalam kasus tertentu benda tersebut mengalami proses pengawetan dalam kondisi hidup." tambahnya.
"Anda dapat melihat pemandangan tersebut muncul di zaman Jurassic. Bagaimana air panas, danau, sungai, serta tanaman dan bagian lain dari ekosistem didistribusikan," ujarnya.
Situs fosil paling mirip adalah Rhynie Rijang di Skotlandia dan berumur dua kali lebih tua dari situs di Patagonia. Perbedaan kedua tempat tersebut adalah, batuan di Patagonia terpapar dengan baik dan dalam beberapa kasus, struktur asli dari lanskap berhasil diawetkan secara alami. Berdasarkan hal tersebut, membantu para peneliti untuk bekerja dengan ketelitian lebih tinggi, di mana mereka harus mengumpulkan sampel dan fosil di bawah permukaannya yang asli.
Hal itu berguna sebagai sarana belajar tentang preferensi ekologis dilihat dari organisme yang diawetkan. Langkah selanjutnya adalah untuk memahami lebih jelas bagaimana lingkungan mempengaruhi organisme yang diawetkan.
"Saat ini kita aktif mempersiapkan sampel untuk diidentifikasi ... Kami juga menjelajahi daerah di Patagonia untuk mencoba memahami aspek berbeda dari struktur lanskap dan hubungan mereka dengan pengawetan fosil," ujar Massini.
Sebelum ditemukannya situs tersebut, wilayah Deseado Massif di Patagonia memang telah lama dikenal sebagai situs air panas zaman Jurassic. Di daerah ini terdapat banyak fitur panas bumi dan epitermal yang dapat dilihat dari endapan silikon dan kalsium.
Pada tahun 2011, para peneliti menemukan bahwa wilayah tersebut adalah rumah bagi air panas. Hal tersebut menunjukkan adanya jeda dalam letusan gunung berapi yang menandai berakhirnya zaman Jurassic. Mereka menemukan 23 situs fosil yang berbeda di daerah Deseado Massif, dan lima di antaranya dipelajari secara rinci. Namun, fosil tanaman dan hewan hanya ditemukan pada daerah yang baru-baru ini ditemukan.
Fosil yang ditemukan oleh peneliti terawetkan dengan sangat baik dalam batu chert dan mungkin dapat menuntun ke penemuan baru. "Anda dapat melihat bagaimana jamur, sianobakteri, dan cacing bergerak ketika masih hidup," ujar Massini.
( sumber )