Selama ini Eropa dianggap sebagai nenek moyang orang berkulit putih. Tapi hasil studi terbaru menunjukkan warna kulit warga Eropa modern tidak sama dengan warga Eropa 8000 tahun yang lalu.
Berdasarkan perbandingan DNA dari genom 83 individu kuno yang diperoleh dari situs arkeologi di berbagai wilayah Eropa, awal tahun 2015 sebuah tim internasional melaporkan bahwa warga Eropa modern adalah campuran dari setidaknya tiga populasi kuno (pemburu dan petani) yang pindah ke Eropa dalam proses migrasi terpisah dalam 8000 tahun terakhir.
Pakar populasi genetika Iain Mathieson dan David Reich lalu membandingkan genom kuno tersebut dengan genom lebih modern. Hasilnya, lima gen dikaitkan dengan perubahan pola makan dan pigmentasi warna kulit setelah melewati proses seleksi alam. Tiga gen dihubungkan dengan produksi warna kulit terang.
Intensitas cahaya matahari juga memainkan peranan. 8500 tahun yang lalu, sinar matahari di wilayah selatan Eropa intensitasnya cukup kuat. Para pemburu purba di Spanyol, Luksemburg, dan Hongaria memiliki kuit berwarna lebih gelap. Mereka tidak memiliki varian dua gen SLC24A5 dan SLC45A2, yang menyebabkan terjadinya depigmentasi dan kulit pucat seperti warga Eropa di era modern.
Di wilayah utara, intensitas cahaya matahari rendah dan lebih cocok untuk kulit berwarna terang. Tim peneliti menemukan: tujuh sampel dari situs arkeologi Motala yang berumur 7700 tahun di selatan Swedia memiliki kedua varian gen kulit terang SLC24A5 dan SLC45A2. Dan ada gen ketiga, HERC2/OCA2, yang menyebabkan warna mata biru, kulit terang dan rambut pirang.
Petani pertama datang dari Timur Jauh (kini Turki). Mereka adalah pembawa kedua gen untuk kulit berwarna terang. Setelah mereka kawin campur dengan para pemburu yang penduduk asli Eropa, satu dari gen kulit terang tersebar di Eropa. Varian gen lainnya, SLC45A2baru tersebar dengan frekuensi tinggi 5800 tahun yang lalu.
( sumber )