Seorang ayah penyandang disabilitas merangkak dari kota ke kota di China mencari anaknya yang hilang 15 bulan lalu. Kala itu sang anak sedang bermain dengan sepupunya di sebuah desa di Provinsi Guangdong.
Ayah tangguh itu bernama Chen Shengkuan yang menderita cacat di kakinya. Menurut pengakuan Shengkuan, yang tak diketahui usianya ini, dirinya sangat yakin anaknya telah diculik dan dijual ke keluarga atau mungkin negara lain. Ketika diculik, sang anak baru berusia 20 bulan.
Sejak anaknya menghilang, Shengkuan langsung meninggalkan desanya, desa Wenzhang Xi, Chengyue Town, dan mulai merangkak berkeliling ke seantero provinsi yang memiliki luas 69 ribu mil persegi. Sejauh ini, ia telah melewati Zhangjiang, kota luas yang memiliki 7 juta penduduk.
Menurut sebuah laporan di People’s Daily Online, Shengkuan saat ini sedang mencari-cari anaknya di jalan-jalan Guangzhou, satu di antara kota megapolitan di Cina, yang memilili luas 2.800 mil persegi, lima kali ukuran London. Ia kemudian menulis kisahnya di selembar kertas yang ia bawa kemana pun pergi disertai foto anaknya Chen Zhaoyuan.
Kisah yang dialami Shengkuan ini terjadi pada 2 Januari 2015 lalu. Hari itu Zhaoyuan tak diperbolehkan ikut neneknya pergi ke luar kota. Hingga akhirnya ia bermain dengan sepupu-sepupunya di desa, diawasi oleh kakeknya, Chen Tongshen. Tak lama setelah si kakek asyik bermain kartu ia sadar cucunya sudah tak ada di tempat.
Si kakek kemudian mencarinya ke segala penjuru desa dan daerah sekitarnya, tapi sang cucu tak juga ketemu. Keluarganya pun menelepon polisi. Shengkuan mengatakan anaknya yang sebentar lagi berusia tiga tahun memiliki dua tanda lahir: pada telapak kiri dan satu lagi di sekitar mata.
Shengkuan mengklaim polisi setempat sudah mengumpulkan sampel DNA, tapi anaknya tak kunjung ditemukan. Tak sabar, ia pun memilih mencarinya sendiri ke seluruh pelosok negeri China.
Penculikan anak adalah masalah serius di China dan terjadi hampir di seluruh negeri. Sebagian besar korban adalah anak laki-laki. Mereka dijual di daerah pedesaan kepada keluarga putus asa yang tak kunjung mendapatkan momongan atau yang tak bisa memiliki anak sendiri. Media China melaporkan banyak orangtua dibuat patah hati karena menghabiskan puluhan bulan bahkan tahun dan segala cara untuk mencari anak-anak mereka yang hilang.
(sumber)